Bersungguh-sungguh - 2


By Admin on 17:09

RIYADHUS SHALIHIN - IMAM NAWAWI

103. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya bersembahyang beserta Rasulullah s.a.w. pada suatu malam, maka beliau memperpanjangkan berdirinya, sehingga saya bersengaja untuk melakukan sesuatu yang tidak baik."
Ia ditanya: "Dan apakah hal yang tidak baik yang engkau sengajakan itu?" Ibnu Mas'ud r.a. menjawab: "Saya bersengaja hendak duduk saja dan meninggalkan beliau - tidak terus berma'mum padanya." (Muttafaq 'alaih)

104. Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Mengikuti kepada seseorang mayit itu tiga hal, yaitu keluarganya, hartanya serta amalnya. Kemudian kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah keluarga serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih)

105. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Syurga itu lebih dekat pada seseorang diantara engkau sekalian daripada ikat terumpahnya, nerakapun demikian pula." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Maksud Hadis di atas itu ialah bahwa untuk mencapai syurga atau neraka itu mudah sekali. Jika seseorang ingin mendapatkan syurga tentulah wajib mempunyai kesengajaan yang benar, melakukan ketaatan dan kebaktian kepada Tuhan, melaksanakan semua perintah dan  menjauhi semua laranganNya, tetapi jika ingin memasuki neraka - semoga kita dilindungi Allah dari siksa neraka itu, tentulah dengan jalan mengikuti apa saja yang menjadi kehendak hawa nafsu, menuruti kemauan syaitan dan melakukan apa saja yang berupa kemaksiatan dan kemungkaran.

106. Dari Abu Firas yaitu Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami, pelayan Rasulullah s.a.w. dan ia termasuk pula dalam golongan ahlussuffah (yakni kaum fakir miskin) r.a. katanya: "Saya bermalam beserta Rasulullah s.a.w., kemudian saya mendatangkan untuknya dengan air wudhu'nya serta hajatnya (maksudnya pakaian dan lain-lain). Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Memintalah padaku!" Saya berkata: "Saya meminta kepada Tuan untuk menjadi kawan Tuan di dalam syurga." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Apakah tidak ada yang selain itu?" Saya menjawab: "Sudah, itu sajalah."

Beliau lalu bersabda: "Kalau begitu tolonglah aku (untuk melaksanakan permintaanmu itu) dengan memaksa dirimu sendiri untuk memperbanyak bersujud (maksudnya engkaupun harus pula berusaha untuk terlaksananya permtntaan tersebut dengan jalan memperbanyak menyembah Allah)." (Riwayat Muslim)

107. Dari Abu Abdillah, juga dikatakan dengan nama Abu Abdir Rahman yaitu Tsauban r.a., hamba sahaya Rasulullah s.a.w., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hendaklah engkau memperbanyak bersujud, sebab sesungguhnya engkau tidaklah bersujud kepada Allah sekali sujudan melainkan dengannya itu Allah mengangkatmu sederajat dan dengannya pula Allah menghapuskan satu kesalahan dari dirimu." (Riwayat Muslim)

108. Dari Abu Shafwan yaitu Abdullah bin Busr al-Aslami r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang usianya dan baik kelakuannya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

109. Dari Anas r.a., katanya: "Pamanku, yaitu Anas bin an-Nadhr r.a. tidak mengikuti peperangan Badar, kemudian ia berkata: "Ya Rasulullah, saya tidak mengikuti pertama-tama peperangan yang Tuan lakukan untuk memerangi kaum musyrikin. Jikalau Allah mempersaksikan saya (menakdirkan saya ikut menyaksikan) dalam memerangi kaum musyrikin (pada waktu yang akan datang), niscayalah Allah akan memperlihatkan apa yang akan saya perbuat.

Ketika pada hari peperangan Uhud, kaum Muslimin menderita kekalahan, lalu Anas - bin an-Nadhr - itu berkata: "Ya Allah, saya mohon keuzuran ( pengampunan) padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka itu (yang dimaksudkan ialah kawan-kawannya karena meninggalkan tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh Nabi s.a.w.) juga saya berlepas diri (maksudnya tidak ikut campur tangan) padaMu daripada apa yang dilakukan oleh mereka (yang dimaksudkan ialah kaum musyrikin yang memerangi kaum Muslimin).

Selanjutnya iapun majulah, lalu Sa'ad bin Mu'az menemuinya. Anas bin an-Nadhr berkata: "Hai Sa'ad bin Mu'az, marilah menuju syurga. Demi Tuhan yang menguasai Ka'bah (Baitullah), sesungguhnya saya dapat menemukan bau harum syurga itu dari tempat didekat Uhud."
Sa'ad berkata: "Saya sendiri tidak sanggup melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh  Anas itu, ya Rasulullah."

Anas (yang merawikan Hadis ini yakni Anas bin Malik kemanakan Anas bin an-Nadhr) berkata; "Maka kami dapat menemukan dalam tubuh Anas bin an-Nadhr itu delapan puluh buah lebih pukulan pedang ataupun tusukan tombak ataupun lemparan panah. Kita menemukannya telah terbunuh dan kaum musyrikin telah pula mencabik-cabiknya. Oleh sebab itu seorangpun tidak dapat mengenalnya lagi, melainkan saudara perempuannya saja, karena mengenal jari-jarinya."

Anas (perawi Hadis ini) berkata: "Kita sekalian mengira atau menyangka bahwasanya ayat ini turun untuk menguraikan hal Anas bin an-Nadhr itu atau orang-orang yang seperti dirinya, yaitu ayat yang artinya: "Di antara kaum mu'minin itu ada beberapa orang yang menempati apa yang dijanjikan olehnya kepada Allah," sampai seterusnya ayat tersebut. (Muttafaq 'alaih)

Lafaz Layuriannallah, diriwayatkan dengan dhammahnya ya' dan kasrahnya ra', artinya: Niscayalah Allah akan memperlihatkan yang sedemikian itu -apa-apa yang dilakukannya- kepada orang banyak. Diriwayatkan pula dengan fathah keduanya - ya' dan ra'nya - dan maknanya sudah jelas - yaitu: Niscayalah Allah akan melihat apa-apa yang dilakukan olehnya. Jadi membacanya ialah: Layara-yannallah. Wallahu aiam.

Keterangan:
Anas bin an-Nadhr r.a. mengatakan kepada Rasulullah s.a.w. bahwa dalam peperangan yang pertama yakni perang Badar tidak ikut, kemudian dalam peperangan kedua, yakni perang Uhud ikut menyertai pasukan ummat Islam melawan kaum kafirin dan musyrikin. Kemudian ia berkata di hadapan Rasulullah s.a.w. sebagai janjinya, andaikata ia mengikuti, niscaya Allah akan menampakkan apa yang hendak dilakukan olehnya atau Allah pasti mengetahui apa yang hendak diperbuatnya.

Ia mengatakan sebagaimana di atas itu setelah selesai perang Badar dan belum lagi terjadi perang Uhud. Yang hendak diperbincangkan di sini ialah mengenai kata-kata Anas tersebut berbunyi Maa ashna-'u, artinya: Apa-apa yang akan saya lakukan. Mengapa ia tidak berkata saja: Aku akan bertempur mati-matian sampai titik darah yang penghabisan, sebagaimana yang biasa dikatakan oleh orang-orang di zaman kita sekarang ini. Nah, inilah yang perlu kita bahas sekedarnya.

Al-lmam al-Qurthubi dalam mengupas kata-kata Anas r.a. yaitu Maa ashna-'u itu menjelaskan demikian:
Ucapan Sayidina Anas r.a., juga sekalian para sahabat Rasulullah s.a.w. selalu mengandung makna yang dalam. Anas r.a. misalnya, dalam menyatakan janjinya akan mengikuti peperangan bila nanti terjadi peperangan lagi dengan hanya mengatakan: Maa ashna-'u, itu mempunyai kandungan bermacam-macam, umpamanya:
(a) Ia tidak memiliki sifat kesombongan dan ketakaburan dan oleh sebab itu tidak mengatakan bahwa ia akan berjuang mati-matian sampai hilangnya jiwa yang dimilikinya dan amat berharga itu. Orang yang sombong itu umumnya tidak menepati janji yang diucapkan. Kadang-kadang baru melihat musuh sudah lari terbirit-birit atau sebelum melihatnya saja sudah tidak tampak hidungnya.
(b) Anas r.a. sengaja memperkokohkan ucapannya sendiri dan benar-benar dipenuhi. Diri dan jiwanya akan betul-betul dikurbankan untuk meluhurkan kalimat Allah yakni agama Islam dengan jalan melawan musuh yang sengaja menyerbu negara dan hendak melenyapkan agama yang diyakini kebenarannya itu.
(c) Ia hendak berusaha keras memenangkan peperangan dan mencurahkan segala daya dan kekuatannya tanpa ada ketakutan sedikitpun akan tibanya ajal, sebab setiap manusia pasti mengalami kematian, hanya jatannya yang berbeda-beda.
(d) Ia takut kalau-kalau apa yang hendak dilakukan nanti itu belum memadai apa yang diucapkan, sebab mengingat bahwa segala gerakan hati dapat saja diubah-ubah oleh Allah Ta'ala. Mungkin hari ini putih, tetapi besoknya sudah menjadi hitam. Itulah yang dikuatirkan olehnya, sehingga semangatnya yang asalnya menyala-nyala, tiba-tiba mengendur tanpa disadari.

Selanjutnya setelah terjadi perang Uhud ia menunjukkan perjuangan yang sebenar-benarnya, sampai-sampai terciumlah olehnya bau-bauan dari syurga dan akhirnya ia gugur sebagai pahlawan syahid fi-sabilillah.

Untuk menegaskan janji Anas r.a. inilah Allah Ta'ala berfirman dalam al-Quran: Artinya: "Di kalangan kaum mu'minin itu ada beberapa orang (seperti sahabat Anas) yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah dan sungguh-sungguh memenuhi janjinya itu. Diantara mereka ada yang menemui ajalnya - sebagai pahlawan syahid - dan ada juga yang masih menanti-nantikan -yakni ingin mendapatkan kematian syahid dan oleh sebab itu tidak mundur setapakpun menghadapi musuh. Itulah orang-orang mu'min yang tidak berubah pendiriannya sedikitpun." (QS al- Ahzab: 23)

110. Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Anshari al-Badri r.a., katanya: "Ketika ayat sedekah turun, maka kita semua mengangkat sesuatu di atas punggung-punggung kita (untuk memperoleh upah dari hasil mengangkatnya itu untuk disedekahkan). Kemudian datanglah seseorang lalu bersedekah dengan sesuatu yang banyak benar jumlahnya. Orang-orang berkata: "Orang itu adalah sengaja berpamer saja (memperlihatkan amalannya kepada sesama manusia dan tidak karena Allah Ta'ala dalam melakukannya). Ada pula orang lain yang datang kemudian bersedekah dengan barang sesha' (dari kurma). Orang-orang berkata: "Sebenarnya Allah pastilah tidak memerlukan makanan sesha'nya orang ini." Selanjutnya turun pulalah ayat - yang artinya: "Orang-orang yang mencela kaum mu'minin yang memberikan sedekah dengan sukarela dan pula mencela orang-orang yang tidak mendapatkan melainkan menurut kadar kekuatan dirinya," dan seterusnya ayat itu - yakni firmanNya: "Lalu mereka memperolok-olokkan mereka. Allah akan memperolok-olokkan para pencela itu dan mereka yang berbuat sedemikian itu akan memperoleh siksa yang pedih." (QS at-Taubah: 79) (Muttafaq 'alaih)

Nuhamilu dengan dhammahnya nun dan menggunakan ha' muhmalah, artinya ialah setiap orang dari kita sekalian mengangkat di atas punggung masing-masing dengan memperoleh upah dan upah itulah yang disedekahkannya.

111. Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi'ah bin Yazid dari Abu Idris al-Khawlani dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah r.a. dari Nabi s.a.w., dalam sesuatu yang diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala, bahwasanya Allah berfirman - ini adalah Hadis Qudsi:
"Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan pada diriku sendiri akan menganiaya dan menganiaya itu Kujadikan haram di antara engkau sekalian. Maka dari itu, janganlah engkau sekalian saling menganiaya.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu tersesat, kecuali orang yang Kuberi petunjuk. Maka itu mohonlah petunjuk padaKu, engkau semua tentu Kuberi petunjuk itu.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu lapar, kecuali orang yang Kuberi makan. Maka mohonlah makan padaKu, engkau semua tentu Kuberi makanan itu.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu telanjang, kecuali orang yang Kuberi pakaian. Maka mohonlah pakaian padaKu, engkau semua tentu Kuberi pakaian itu.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu berbuat kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku inilah yang mengampunkan segala dosa. Maka mohon ampunlah padaKu, pasti engkau semua Kuampuni.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu tidak dapat membahayakan Aku. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan membahayakan Aku. Lagi pula engkau semua itu tidak dapat memberikan kemanfaatan padaKu. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan memberikan kemanfaatan itu padaKu.
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula -awal- hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama bersatu padu seperti hati seseorang yang paling taqwa dari antara engkau semua, hal itu tidak akan menambah keagungan sedikitpun pada kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula -awal- hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama bersatu padu seperti hati seseorang yang paling curang dari antara engkau semua, hal itu tidak akan dapat mengurangi keagungan sedikitpun pada kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula -awal- hingga yang paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama berdiri disuatu tempat yang tinggi di atas bumi, lalu tiap seseorang meminta sesuatu padaKu dan tiap-tiap satu Kuberi menurut permintaannya masing-masing, hal itu tidak akan mengurangi apa yang menjadi milikKu, melainkan hanya seperti jarum bila dimasukkan ke dalam laut - jadi berkurangnya hanyalah seperti air yang melekat pada jarum tadi.
Wahai hamba-hambaKu, hanyasanya semua itu adalah amalan-amalanmu sendiri. Aku menghitungnya bagimu lalu Aku memberikan balasannya. Maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji kepada Allah dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali kecuali pada dirinya sendiri."

Said berkata: "Abu Idris itu apabila menceriterakan Hadis ini, ia duduk diatas kedua lututnya." (Riwayat Muslim)
Kami juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan ia berkata: "Tidak sebuahpun Hadis bagi ahli Syam yang lebih mulia dari Hadis ini."

Keterangan:
Hadis yang diriwayatkan oleh Nabi s.a.w. dan berasal dari Allah semacam Hadis di atas ini juga Hadis no. 11 dan no. 95 disebut Hadis Qudsi (suci). Bedanya dengan al-Quran ialah kalau al-Quran merupakan mu'jizat sedang Hadis Qudsi tidak. Lagi pula hanya dengan membaca saja pada al-Quran itu sudah merupakan ibadat. Yang penting kita perhatikan ialah:
(a) Menganiaya itu adalah benar-benar besar dosanya dan doanya orang yang dianiaya itu tidak akan ditolak oleh Allah yakni pasti dikabulkan sebagaimana sabda Nabi s.a.w.: "Takutlah pada doanya orang yang dianiaya, sekalipun ia itu kaf'ir karena sesungguhnya saja tidak ada tabir yang menutup antara doa orang itu dengan Allah."
(b) Semua dosa itu dapat diampuni oleh Allah asal kita mohon ampun serta bertaubat kecuali syirik (menyekutukan Allah), sebagaimana dalam al-Quran disebutkan: "Sesungguhnya Allah tidak suka mengampuni kalau Dia disekutukan dengan lainNya dan Dia suka mengampuni yang selain itu pada orang yang dikehendaki olehNya."
(c) Kalau kita taat pada Allah, melakukan semua perintahNya, ini bukan berarti bahwa Allah butuh kita taati. Kita taat atau tidak bagi Allah tetap saja. Maka bukannya kalau kita taat, Allah tambah mulia atau kalau kita ingkar lalu Allah kurang kemuliaanNya. Itu tidak sama sekali. Hanya saja Allah menyediakan tempat kesenangan (syurga) bagi orang yang taat dan tempat siksa (neraka) bagi orang yang ingkar.
(d) Orang yang amat taqwa yang dimaksudkan dalam Hadis ini ialah Nabi Muhammad s.a.w. dan yang paling curang itu ialah syaitan (setan) sebab syaitan itu dahulunya bernama Izazil dan termasuk dalam golongan jin.
(e) Begitu banyaknya air laut, kalau isinya hanya dikurangi oleh jarum yang melekat disitu, maka kekurangan itu tidak berarti samasekali. Begitulah perumpamaannya andaikata Allah mengabulkan semua permohonan makhlukNya.

Comment for "Bersungguh-sungguh - 2"

0 komentar

Posting Komentar