Sabar - 2


By Admin on 20:38

RIYADHUS SHALIHIN - IMAM NAWAWI

30. Dari Shuhaib r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dahulu ada seorang raja dari golongan ummat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak yang akan saya beri pelajaran ilmu sihir."
Kemudian raja itu mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini ditengah perjalanannya apabila seseorang rahib -pendeta Nasrani- berjalan disitu, iapun duduklah padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila ia telah datang ditempat penyihir - yakni dari pelajarannya, iapun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di situ - untuk mendengarkan ajaran-ajaranTuhan yang disampaikan olehnya. Selanjutnya apabila datang di tempat penyihir, iapun dipukul olehnya- karena kelambatan datangnya. Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau engkau takut pada penyihir itu, katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan jikalau engkau takut pada keluargamu, maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh penyihir."
Pada suatu ketika diwaktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia disuatu tempat dan disitu ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi orang banyak -untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?" Iapun lalu mengambil sebuah batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang banyak dapat berlalu." Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu tadi, kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan memberitahukan hal tersebut. Rahib itupun berkata: "Hai anakku, engkau sekarang adalah lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai disuatu tingkat yang saya sendiri dapat memakluminya.Sesungguhnya engkau akan terkena cobaan, maka jikalau engkau terkena cobaan itu, janganlah menunjuk kepadaku."
Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengobati orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan seduduk -yakni sahabat karib- raja yang telah menjadi buta. Ia datang pada anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata: "Apa saja yang ada disisimu ini adalah menjadi milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku."  Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanyasanya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau Tuan suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdoa kepada Allah, semoga Dia suka menyembuhkan Tuan. Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya.
Ia lalu mendatangi raja terus duduk didekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Kawannya itu lalu ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan kesembuhannya.


Anak itupun didatangkan. Raja berkata padanya: "Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan itu."
Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seseorangpun, hanyasanya Allah Ta'ala jualah yang menyembuhkannya." Anak itupun ditindaknya, dan terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta.
Pendetapun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!" Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patung-patung. Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan kepala tersebut.
Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja dahulu itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Iapun enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu ditengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu.
Seterusnya didatangkan pulalah anak itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." lapun menolak ajakannya.Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok sahabatnya lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah dengannya kegunung itu. Jikalau engkau semua telah sampai dipuncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya, bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu."
Sahabat-sahabatnya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itupun bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya.
Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan membawa anak ini dalam sebuah tongkang dan berlayarlah sampai ditengah lautan. Jikalau ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah kelautan itu."
Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. 
Anak itu sekali lagi berjalan ketempat raja. Rajapun berkatalah: "Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka."
Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa yang kuperintahkan." Raja bertanya: "Apakah itu?" Ia menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang dilapangan menjadi satu dan Tuan salibkan saya dibatang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku."
Raja mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak panah dibusur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini." Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia.
Orang-orang yang berkumpulpun berkata: "Kita semua beriman kepada Tuhannya anak ini." Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba -yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah beriman."
Raja memerintahkan supaya orang-orang itu digiring dicelah-celah bumi -yang bertebing dua kanan-kiri- yaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelah dan dinyalakan api disitu, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkanlah kedalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya melemparkan dirinya sendiri kedalamnya."
Orang banyak melakukan yang sedemikian itu - sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri kedalamnya.
Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya ibu adalah menetapi atas kebenaran." (Riwayat Muslim)

31. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang sedang menangis diatas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah!" Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, karena Tuan tidak terkena mushibah sebagaimana yang mengenai diriku dan Tuan tidak mengetahui mushibah apa itu." Wanita tersebut diberitahu –oleh sahabat beliau s.a.w.- bahwa yang berbicara tadi adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi dimukanya itu tidak didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya memang tidak mengenal Tuan - maka itu maafkan pembicaraanku tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Hanyasanya bersabar -yang sangat terpuji- itu ialah dikala mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak kecilnya - yang mati."
Keterangan:
Maksud "Mendadaknya kedatangan mushibah yang pertama," bukan berarti ketika mendapatkan mushibah yang pertama kali dialami sejak hidupnya, tetapi disaat baru terkena mushibah itu ia bersabar, baik mushibah itu yang pertama kalinya atau keduanya, ketiganya dan selanjutnya. Jadi kalau sesudah sehari atau dua hari baru ia mengatakan: "Aku sekarang sudah berhati sabar tertimpa mushibah yang kemarin itu," maka ini bukannya sabar pada pertama kali, sebab sudah terlambat.

Comment for "Sabar - 2"

0 komentar

Posting Komentar